Konsistensi
dan Konsekuensi Menulis di Zaman Serbainstan
Sumber
: Koran Pikiran Rakyat
(03/Jan/2013) dan pengubahan secukupnya oleh penulis
Ledakan
jejaring sosial serta keputusan Multiply
untuk menutup layanan blognya sempat membuat orang berpikir bahwa ini adalah
akhir dari era blog. Padahal, yang
terjadi justru sebaliknya. Di Indonesia, masih ada ribuan blogger yang masih
setia mengunggah tulisan-tulisan ke dalam blog pribadinya. Jangan lupa, media
blog juga telah lama berevolusi menjadi sesuatu yang lebih instan seperti microblogging, video blogging, photo
blogging, dan sebagainya.
Era blog di
Indonesia sudah dimulai pada akhir 1990-an. Blogger
yang hadir pada masa itu biasanya merupakan orang-orang yang bergerak di bidang
teknik karena internet kala itu belum sepopuler sekarang. Kehadiran Multiply pada 2003 seperti menyulut
minat orang Indonesia untuk membuat blog.
Banyak blogger yang menyebut rentang
2005-2009 sebagai masa keemasan blog
di Indonesia.
Di Bandung,
sejumlah komunitas blogger masih bertahan
sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah Bandung Kota Blogger (Batagor),
Warung Blogger, Blog Vaganza, dan Kompasianer Bandung. Selain saling
menyemangati untuk terus menulis di blog
masing-masing, komunitas-komunitas ini juga masih aktif menggelar berbagai
kegiatan, seperti kopi darat atau berbagai kegiatan blogger lainnya.
Memang tak
mudah untuk menjadi seorang blogger, apalagi di tengah tren microblogging di jejaring sosial seperti
sekarang. Orang cenderung lebih tertarik untuk mendapatkan interaksi yang
intens dan cepat, dari postingan sederhana semacam status atau kicauan.
Sementara seorang blogger harus
menulis sesuatu yang orisinal, atau minimal menarik minat pembaca. Untuk dapat
disebut blogger, seseorang harus
memiliki konsistensi untuk menulis, serta peka terhadap lingkungannya.
Menjanjikan
* Sebagai
bukti menjanjikannya menulis blog, dapat kita lihat pada salah satu kisah
sukses blogger Indonesia. Sosok Raditya
Dika (penulis blog Kambingjantan.blogspot.com, sekarang Radityadika.com), blogger, penulis, script
writter, dan stand up comedian
ini memulai debut menulis blognya
sejak tahun 2002. Berawal dari keisengannya, bang Dika, sapaan akrabnya, mulai
menulis jurnal harian di internet dengan tujuan pertamanya sebagai tempat
menceritakan kehidupannya yang ternyata unik, lucu, dan menarik untuk dibaca.
Kelucuan itulah yang mengundang banyak pembaca untuk terus mengunjungi blog yang awalnya bernama
kambingjantan.blogspot.com. Karena kesuksesannya, blog tersebutpun telah
dibukukan pada tahun 2005 dan terus dicetak ulang.
Kendati para
blogger dapat menulis apapun yang
diinginkan. Namun para blogger
percaya bahwa harus ada semacam kode etik yang mereka pegang ketika menuangkan
idea atau unek-unek dalam media blog.
Sebagian blogger bahkan tak menulis
semua pengalaman pribadinya ke dalam blog.
Mereka tak ingin para pembacanya mengetahui terlalu detail mengenai kehidupan
pribadinya. Selain itu, sebagian blogger
juga pantang menulis dengan vulgar hal-hal positif maupun negative yang
berkaitan dengan orang, instansi, ataupun perusahaan.
Kini dunia
blog telah beralih pada citizen reporter.
Kita harus menjaga hak-hak pihak lain dengan menyajikan tulisan yang layak.
Seorang blogger disarankan untuk
tidak melakukan hardselling untuk
produk-produk tertentu.
Ketika
seorang blogger dikontrak oleh sebuah perusahaan untuk mereview produknya dalam blog, tak berarti sang blogger berkewajiban untuk menulis hanya yang baik-baik mengenai
produk itu sesuai dengan pengalaman pribadi mereka. Namun, tentu saja untuk menjadi
buzzer, seorang blogger harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Ya, ngeblog
juga kini dapat menghasilkan uang. Selain menjadi buzzer yang dikontrak oleh berbagai perusahaan, para blogger juga bisa mendapatkan hadiah
karena memenangkan lomba penulisan blog.
Selain itu, kemampuan menulis para blogger
juga dapat semakin terasah tergantung intensitas menulisnya.
Salah Guna
Seorang
blogger memang berhak untuk menulis apapun dalam blognya. Namun apabila tulisan
tersebut sudah melanggar kode etik yang ada dan berisi konten yang berpotensi
menimbulkan kerugian pada orang lain, tentu tidak sepatutnya tulisan tersebut
dibiarkan tersebar luas.
Seperti
temuan blog-blog yang memuat konten dewasa dan vulgar yang tidak sepatutnya
dibaca atau dilihat oleh anak-anak dibawah umur. Tak dapat dipungkiri, anak SD
sekalipun sekarang sudah melek teknologi. Mereka dapat dengan mudah mengakses
berbagai fasilitas yang ada di internet. Apalagi dengan adanya mesin pencari
seperti Google, kita dapat dengan mudah mencari apapun di internet dengan hanya
mengetikkan sebuah keyword.
Bayangkan,
apa jadinya bila adik-adik kita salah mengetikkan sebuah kata lalu yang muncul
adalah sebuah tulisan atau gambar pada sebuah blog dengan konten yang
notabenenya ditujukan untuk orang dewasa? Tentu, secara tidak langsung hal itu
akan mengubah pemikiran dan psikologi mereka.
Memang tidak
semua blog memuat konten yang berisi
hal-hal negatif, bahkan sekarang banyak blog
yang memuat pendidikan yang memudahkan para pelajar untuk menambah ilmunya.
Lalu
berapakah persenkah perbandingan blog
yang memuat konten positif dan negatif tersebut? Kami tidak dapat menyebut
angka pasti berapa banyak blog yang
memuat konten-konten tersebut. Namun, kami dapat menyimpulkan bahwa terdapat
banyak pula blog yang berisi
tulisan-tulisan negatif yang cukup mengganggu.
Terlepas
dari hal-hal tersebut, blog tetaplah sebuah
layanan dengan tujuan utamanya untuk memfasilitasi seseorang menulis jurnal
yang dapat disebarluaskan pada semua orang pada belahan dunia manapun yang
dapat menjadi sangat bermanfaat jika kita gunakan sebaik mungkin.
Satu hal
yang tetap menjadi motivasi para blogger
agar tetap konsisten menulis adalah bahwa menulis tak pernah menjadi kegiatan
yang sia-sia. (Lia Marlia/”PR”, Ghina Safira/”FNR”)***