Jumat, 19 April 2013

Tugas Bahasa Indonesia : Blogging


Konsistensi dan Konsekuensi Menulis di Zaman Serbainstan

 

Sumber               :   Koran Pikiran Rakyat (03/Jan/2013) dan pengubahan secukupnya oleh penulis

Ledakan jejaring sosial serta keputusan Multiply untuk menutup layanan blognya sempat membuat orang berpikir bahwa ini adalah akhir dari era blog. Padahal, yang terjadi justru sebaliknya. Di Indonesia, masih ada ribuan blogger yang masih setia mengunggah tulisan-tulisan ke dalam blog pribadinya. Jangan lupa, media blog juga telah lama berevolusi menjadi sesuatu yang lebih instan seperti microblogging, video blogging, photo blogging, dan sebagainya.

Era blog di Indonesia sudah dimulai pada akhir 1990-an. Blogger yang hadir pada masa itu biasanya merupakan orang-orang yang bergerak di bidang teknik karena internet kala itu belum sepopuler sekarang. Kehadiran Multiply pada 2003 seperti menyulut minat orang Indonesia untuk membuat blog. Banyak blogger yang menyebut rentang 2005-2009 sebagai masa keemasan blog di Indonesia.

Di Bandung, sejumlah komunitas blogger masih bertahan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah Bandung Kota Blogger (Batagor), Warung Blogger, Blog Vaganza, dan Kompasianer Bandung. Selain saling menyemangati untuk terus menulis di blog masing-masing, komunitas-komunitas ini juga masih aktif menggelar berbagai kegiatan, seperti kopi darat atau berbagai kegiatan blogger lainnya.

Memang tak mudah untuk menjadi seorang blogger, apalagi di tengah tren microblogging di jejaring sosial seperti sekarang. Orang cenderung lebih tertarik untuk mendapatkan interaksi yang intens dan cepat, dari postingan sederhana semacam status atau kicauan. Sementara seorang blogger harus menulis sesuatu yang orisinal, atau minimal menarik minat pembaca. Untuk dapat disebut blogger, seseorang harus memiliki konsistensi untuk menulis, serta peka terhadap lingkungannya.

Menjanjikan

* Sebagai bukti menjanjikannya menulis blog, dapat kita lihat pada salah satu kisah sukses blogger Indonesia. Sosok Raditya Dika (penulis blog Kambingjantan.blogspot.com, sekarang  Radityadika.com), blogger, penulis, script writter, dan stand up comedian ini memulai debut menulis blognya sejak tahun 2002. Berawal dari keisengannya, bang Dika, sapaan akrabnya, mulai menulis jurnal harian di internet dengan tujuan pertamanya sebagai tempat menceritakan kehidupannya yang ternyata unik, lucu, dan menarik untuk dibaca. Kelucuan itulah yang mengundang banyak pembaca untuk terus mengunjungi blog yang awalnya bernama kambingjantan.blogspot.com. Karena kesuksesannya, blog  tersebutpun telah dibukukan pada tahun 2005 dan terus dicetak ulang.

Kendati para blogger dapat menulis apapun yang diinginkan. Namun para blogger percaya bahwa harus ada semacam kode etik yang mereka pegang ketika menuangkan idea atau unek-unek dalam media blog. Sebagian blogger bahkan tak menulis semua pengalaman pribadinya ke dalam blog. Mereka tak ingin para pembacanya mengetahui terlalu detail mengenai kehidupan pribadinya. Selain itu, sebagian blogger juga pantang menulis dengan vulgar hal-hal positif maupun negative yang berkaitan dengan orang, instansi, ataupun perusahaan.

Kini dunia blog telah beralih pada citizen reporter. Kita harus menjaga hak-hak pihak lain dengan menyajikan tulisan yang layak. Seorang blogger disarankan untuk tidak melakukan hardselling untuk produk-produk tertentu.

Ketika seorang blogger dikontrak oleh sebuah perusahaan untuk mereview produknya dalam blog, tak berarti sang blogger berkewajiban untuk menulis hanya yang baik-baik mengenai produk itu sesuai dengan pengalaman pribadi mereka. Namun, tentu saja untuk menjadi buzzer, seorang blogger harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Ya, ngeblog juga kini dapat menghasilkan uang. Selain menjadi buzzer yang dikontrak oleh berbagai perusahaan, para blogger juga bisa mendapatkan hadiah karena memenangkan lomba penulisan blog. Selain itu, kemampuan menulis para blogger juga dapat semakin terasah tergantung intensitas menulisnya.

Salah Guna

Seorang blogger memang berhak untuk menulis apapun dalam blognya. Namun apabila tulisan tersebut sudah melanggar kode etik yang ada dan berisi konten yang berpotensi menimbulkan kerugian pada orang lain, tentu tidak sepatutnya tulisan tersebut dibiarkan tersebar luas.

Seperti temuan blog-blog yang memuat konten dewasa dan vulgar yang tidak sepatutnya dibaca atau dilihat oleh anak-anak dibawah umur. Tak dapat dipungkiri, anak SD sekalipun sekarang sudah melek teknologi. Mereka dapat dengan mudah mengakses berbagai fasilitas yang ada di internet. Apalagi dengan adanya mesin pencari seperti Google, kita dapat dengan mudah mencari apapun di internet dengan hanya mengetikkan sebuah keyword.

Bayangkan, apa jadinya bila adik-adik kita salah mengetikkan sebuah kata lalu yang muncul adalah sebuah tulisan atau gambar pada sebuah blog dengan konten yang notabenenya ditujukan untuk orang dewasa? Tentu, secara tidak langsung hal itu akan mengubah pemikiran dan psikologi mereka.

Memang tidak semua blog memuat konten yang berisi hal-hal negatif, bahkan sekarang banyak blog yang memuat pendidikan yang memudahkan para pelajar untuk menambah ilmunya.

Lalu berapakah persenkah perbandingan blog yang memuat konten positif dan negatif tersebut? Kami tidak dapat menyebut angka pasti berapa banyak blog yang memuat konten-konten tersebut. Namun, kami dapat menyimpulkan bahwa terdapat banyak pula blog yang berisi tulisan-tulisan negatif yang cukup mengganggu.

Terlepas dari hal-hal tersebut, blog tetaplah sebuah layanan dengan tujuan utamanya untuk memfasilitasi seseorang menulis jurnal yang dapat disebarluaskan pada semua orang pada belahan dunia manapun yang dapat menjadi sangat bermanfaat jika kita gunakan sebaik mungkin.

Satu hal yang tetap menjadi motivasi para blogger agar tetap konsisten menulis adalah bahwa menulis tak pernah menjadi kegiatan yang sia-sia.  (Lia Marlia/”PR”, Ghina Safira/”FNR”)***
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar